Laporan : Muhamad Erfan
GARUT-[KPJabar] : Pemerintah Kabupaten Garut menegaskan bahwa sekolah tatap muka belum akan dilaksanakan pada Januari tahun 2021. Hal tersebut lantaran sebaran kasus Covid-19 yang masih tinggi di sejumlah wilayah.
“Kita punya 600 ribu siswa PAUD, TK, SD, SMP, kalau misalnya dari 600 ribu itu terjadi outbreak satu persen saja, kan 6 ribu (orang berpotensi terkonfirmasi positif covid-19, red). Tapi jangan sampai terjadi itu, karena kalau sampai terjadi, mau ditempatkan dimana (pasien Covid19, red)? di rumah sakit mana? terus tracking tracing juga kebayang,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Totong kepada wartawan, Selasa (1/12).
Totong menambahkan, pembukaan sekolah secara tatap muka lebih memungkinkan ketika sudah ditemukannya vaksin. Sehingga menurutnya, potensi sebaran virus bisa teratasi.
“Setelah vaksin, taat 3M (Mencuci Tangan, Memakai Masker, dan Menjaga Jarak, red) maka bisa saja masuk sekolah. Kita tergantung gugus tugas, terus harus memenuhi daftar periksa sekolah tatap muka. Kan ada beberapa item, banyak,” ujarnya.
Untuk itu kata Totong, sementara ini Pemerintah Kabupaten Garut lebih memilih untuk mempertahankan belajar jarak jauh dan blended learning.
“Yang dikhawatirkan itu anak-anak ketika di perjalanan dan pulang sekolah, terus background orang tua, guru. Kan bisa saja ada orang tua yang kerja di zona merah, terus ada juga guru yang tinggal di zona merah dan ngajar di zona hijau. Jadi lebih baik kita mempertahankan blended learning. Meski desember kasus misalnya turun, tapi vaksin belum ada, ya tetep blended learning, apalagi pimpinan kami pa bupati belum mengizinkan,” tukasnya.
Ia menyadari, pembelajaran jarak jauh ini cukup memberi dampak terhadap tumbuh kembang anak yang terganggu, adanya tekanan psikososial, di rumah juga kelamaan jenuh tingkat stres juga tidsk terdeteksi, kekerasan di rumah. (ME)